Senin, 19 April 2010

MAKALAH "BERFIKIR"

BERFIKIR

A. PENGERTIAN

1. Kaum Asosiasionist menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja.

2. Kaum Fungsionalist memandang berfikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respon.

3. Secara lebih formal, berfikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun symbol-simbol yang disimpan dalam long term memory.

4. Berfikira adalah sebuah representasi symbol dari beberapa peristiwa atau ietm (Khodijah, 2006:117)

5. Menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah, 2006:117) berfikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.

6. Solso(1998 dalam Khodijah, 2006:117) berfikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imaajinasi, dan pemecahan masalah.

7. Secara umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52 dalam http//www psikologi pendidikan.com)) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian yang terjadi karena adanya masalah.

Dari beberapa pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berfikir, yaitu:

1. Berfikir adalah kognitif yaitu timbul secara internal dalam pikiran, tetapi dapat diperkirakan dari perilaku.

2. Berfikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam system kognitif.

3. Berfikir diarahkan dan menmghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.

Selanjutnya ada pendapat yang lebih menekankan kepada tujuan berfikir itu, yaitu mengatakan bahwa berfikir itu adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita (Bigot, dkk., 1950: 103). Bagian-bagian pengetahuan kita yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki, yang berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan.

Berfikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.

B. JENIS BERFIKIR

Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006:118) membagi dua jenis berfikir, yaitu:

1. Berfikir Autistik (autistic thingking) yaitu proses berfikir yang sangat pribadi menggunakan symbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi.

Contohnya: mimpi.

2. Berfikir Langsung (directed thingking) yaitu berfikir untuk memecahkan masalah.

C. TIPE BERFIKIR

Menurut De Bono (1989 dalam Khodijah,2006:119) mengemukakan dua tipe berfikir,yaitu:

1. Berfikir Vertical (berfikir konvergen),yaitu tipe berfikir tradisional dan generative yang bersifat logis dan matematiss dengan mengumpulkan dan menggunakan hanya informasi yang relevan.

2. Berfikir Lateral (Berfikir Divergen),yaitu tipe berfikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya untuk kepentingan berfikir,tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan untuk mencapai pemecahan yang tepat.

a. Berpikir Reflektif

b. Berpikir reflektif adalah kemampuan individu di dalam menyeleksi pengetahuan yang pernah diperolehnya, yang relevan dengan tujuan pemecahan masalah, serta memanfaatkannya secara efektif di dalam memecahkan masalahnya.

Apabila seseorang individu ingin mencapai sesuatu tujuan, ia harus dapat memecahkan masalah-masalah yang menghambatnya. Apabila individu dapat menemukan cara-cara untuk mengatasi hambatan yang ada, dan akhirnya dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka berarti individu sudah melakukan berpikir reflektif.

Di dalam berpikir reflektif tidak semata-mata tergantung pada pengetahuan yang ada pada masing-masing individu, karena adanya perbedaan individual, ada yang dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk pemecahan maslah, ada yang tidak dapat.

Langkah-langkah berpikir reflektif:

1. Individu merasakan adanya suatu problem

2. Individu mengerti problemnya dan dapat menegaskan permasalahannya

3. Mengajukan kemungkinan pemecahannya à hipotesis

4. Mengumpulkan informasi-informasi untuk dianalisis

5. Mengambil kesimpulan à hipotesis diterima/tidak

6. Mengadakan generalisasi

c. Berpikir Kreatif

Dalam berpikir kreatif, orang berusaha mencetuskan ide-ide/kreasi atau berusaha menimbulkan inspirasi .

Berpikir kreatif meliputi 3 tahap :

1. Orientasi: Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi.

2. Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.

3. Inkubasi: Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar kita.

4. Iluminasi: Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.

5. Verifikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.

D. POLA BERFIKIR

Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam Pola Berfikir, yaitu:

1. Berfikir Konkrit, yaitu berfikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat tertentu.

2. Berfikir Abstrak, yaitu berfikir dalam ketidak berhinggaan, sebab bias dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.

3. Berfikir Klasificatoris, yaitu berfikir mengenai klasifikasi atau pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.

4. Berfikir Analogis, yaitu berfikir untuk mencari hubungan antar peristiwa atas dasar kemiripannya.

5. Berfikir Ilmiah, yaitu berfikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.

6. Berfikir Pendek,yaitu lawan berfikir ilmiah yang terjadi secara lebih cepat lebih dangkal dan sering kali tidak logis.

E. PROSES BERFIKIR

Proses jalannya berfikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,yaitu:

1. Pembentukan Pengertian

Pengertian, atau lebih tepatnya disebut Pengertian Logis. Dibentuk melalui tiga tingkatan sebagai berikut:

a. Menganalisis cirri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan satu demis atu. Misalnya mau membentuk pengertian manusia. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisis cirri-cirinya.

Misalnya:

Manusia Indonesia, cirri-cirinya:

· Makhluk Hidup

· Berbudi

· Berambut Hitam

· Dan sebagainya

Manusia Eropa, cirri-cirinya:

· Makhluk Hidup

· Berbudi

· Berkulit Putih

· Berambut pirang atau putih

· Bermata biru terbuka

· Dan sebagainya

Manusi Negro, cirri-cirinya:

· Makhluk Hidup

· Berbudi

· Berkulit Hitam

· Bermata hitam melotot

· Berambut hitam keriting

Dan manusia yang lain-lainnya lagi.

b. Membandingkan cirri-ciri tersebut untuk ditemukan cirri mana yang sama,mana yang tidak sama, mana yang selalu ada, dan mana yang tidak selalu ada. Mana yang hakiki daan mana yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang cirri-ciri yang tidak hakiki, menangkap yang hakiki.

2. Pembentukan Pendapat

Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau sujek, dan sebutan atau predikat.

Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Pendapat Afirmatif atau pendapat positif, artinya pendapat yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu.

Misalnya:

Si Totok itu pandai, Si Ani rajin, Taruna adalah orang yang terkaya di kampong itu, dan sebagainya.

b. Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang meniadakan yang menerangkan secara tegas tentang tidak adanya sifat pada suatu hal.

Misalnya:

Si Totok tidak bodoh, Si Ani tidak malas, Taruna tidak miskin, dan sebaginya.

c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menentukan kebarangkalian, kemungkinan-kemungkian sesuatu pada suatu hal.

Misalnya:

Hari ini mungkin hujan, Si Ali mungkin tidak dating, dan sebaginya.

3. Penarikan Kesimpulan atau pembuat keputusan

Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu:

a. Keputusan Induktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju pendapat umum.

Misalnya:

Tembaga dipanaskan memuai,

Perak dipanaskan memuai,

Besi dipanaskan memuai,

Jadi (kesimpulan) : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum).

b. Keputusan Deduktif, yaitu keputusan yang ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi berlawanan dengan keputusan induktif.

Misalnya:

Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam.

Jadi (kesimpulan): tembaga kalau dipanaskan memuai.

c. Keputusan Analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dari cara membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat khusus yang telah ada.

Misalnya:

Totok anak pandai, naaik kelas (khusus)

Titik anak pandai, naik kelas (khusus)

Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai itu, tentu naik kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar